
e
Sajak pertama yang muncul dalam antologi Tujuh Puluh Puisi jugapada Sajak-Sajak Lengkap 1961—2001 adalah “Di Muka Jendela”. Sajak inibagi saya merupakan pembuka yang akan menggambarkan sajak-sajak karyaGoenawan berikutnya. Dalam sajak ini membayang suasana yang syahdunyaris perih, kesendirian, ketertekanan, dan begitu penuh pengharapan.
DiMuka Jendela. Bait pertama dari “Di Muka Jendela” di atas sangat merdubunyinya, sebuah harmoni yang mencipta suasana murung. Keadaan inisebagai efek dari penggunaan dan pengelolaan kata yang dihimpun menjadifrase-frase yang kuat dalam rangka menggambarkan ruang dan waktu dalamdunianya yang baru itu. Baris cemara pun gugur daun membayang padasebuah kematian, pada sebuah ketakberdayaan. Lantas suasanaketidakberdayaan itu diperkuat dengan baris ombak-ombak hancurterbantun. Suatu keinginan untuk terus-menerus mengada dalam aktivitashidup harus berhenti karena barangkali oleh sesuatu yang semestinya dantidak cukup kuat untuk dilawan; daun cemara harus gugur pada saatnyajuga ombak harus pecah pada batas waktu. Keadaan itu lantas memunculkankedamaian, seolah sebuah keiklasan, keberterimaan pada sesuatu yangsemestinya ada itu. Akan tetapi, kedamaian itu tampaknya munculberbarengan dengan segala pergulatan rasa yang berat dan penuh degupBaitkedua adalah gambaran lain tentang sebuah situasi yang ada di luarjendela. Gambaran itu menguatkan situasi ketidaknyamanan seperti jugayang termaktub dalam bait pertama. Dengan kata lain, bait kedua itumerupakan sebuah lanskap yang indah, yang dipenuhi kesunyian. Dalam satupotret itu ada sepasang bukit yang merah, ada hamparan padang yangtengadah, lalu kincir yang terus berputar dalam senja, dan pelangi yangjauh di ujung tempat lain.
DiMuka Jendela. Bait pertama dari “Di Muka Jendela” di atas sangat merdubunyinya, sebuah harmoni yang mencipta suasana murung. Keadaan inisebagai efek dari penggunaan dan pengelolaan kata yang dihimpun menjadifrase-frase yang kuat dalam rangka menggambarkan ruang dan waktu dalamdunianya yang baru itu. Baris cemara pun gugur daun membayang padasebuah kematian, pada sebuah ketakberdayaan. Lantas suasanaketidakberdayaan itu diperkuat dengan baris ombak-ombak hancurterbantun. Suatu keinginan untuk terus-menerus mengada dalam aktivitashidup harus berhenti karena barangkali oleh sesuatu yang semestinya dantidak cukup kuat untuk dilawan; daun cemara harus gugur pada saatnyajuga ombak harus pecah pada batas waktu. Keadaan itu lantas memunculkankedamaian, seolah sebuah keiklasan, keberterimaan pada sesuatu yangsemestinya ada itu. Akan tetapi, kedamaian itu tampaknya munculberbarengan dengan segala pergulatan rasa yang berat dan penuh degupBaitkedua adalah gambaran lain tentang sebuah situasi yang ada di luarjendela. Gambaran itu menguatkan situasi ketidaknyamanan seperti jugayang termaktub dalam bait pertama. Dengan kata lain, bait kedua itumerupakan sebuah lanskap yang indah, yang dipenuhi kesunyian. Dalam satupotret itu ada sepasang bukit yang merah, ada hamparan padang yangtengadah, lalu kincir yang terus berputar dalam senja, dan pelangi yangjauh di ujung tempat lain.
d